
Kesenian ludruk selalu mengalami pembaharuan. Itu bukan berarti kesenian ini seperti suatu ornamen yang tak dapat ditambahkan pernak-pernik dan tak dapat berubah. Perubahan adalah sesuatu yang absolut di dalam dirinya sebab, ludruk bak suatu organisme. Ia akan berkembang dan bertumbuh sesuai dengan kondisi zaman dan lingkunganya. Hal tersebut, tentunya, ditunjukan oleh salah satu kelompok ludruk pembaharu, yaitu Luntas.
Kelompok ludruk tersebut adalah kelompok ludruk yang hadir di masa pasca Orde Baru (Orba), kurang lebih lahir pada 2016. Umur kelompok ludruk ini dapat ditandai melalui harlah ke-6 tahun, yang diberi judul “Anniversary Nemta6en”,pada 23 Januari lalu. Dalam memperingatinya, acara perayaan diadakan di warung Mbah Cokro, Surabaya, dan lakon yang dipentaskan berjudul “Babad Alas Surabaya: Jaka Jumput”.
Melalui pagelaran ini, Luntas tetap menunjukan konsistensinya sebagai suatu kelompok ludruk pembaharu. Sebab, selama 6 tahun berkarya, kelompok ini telah menghadirkan begitu banyak penyegaran dalam jagad kesenian ludruk, khususnya di Surabaya. Adapun penyegaran dalam pagelaran harlah mereka ditunjukan dalam promosi pagelaran dan dagelan dalam pentasnya.
Secara aktif, mereka melakukan promosi dan pengenalan media sosial. Mereka pun membungkusnya dengan gaya yang berbeda dari kelompok-kelompok ludruk gaya lama. Jika, dahulu, di periode sebelum kehadiran kelompok ini, kesenian ludruk dipromosikan menggunakan megafon—dengan berkeliling kampung—atau menuliskanya pada papan bor—istilah yang digunakan seniman ludruk untuk blackboard reklame lakon yang akan dipentaskan—maka Luntas menyajikanya dengan cara berbeda.
Kelompok ludruk ini menggunakan media audio-visual berbentuk video promosi lakon—yang akan dipentaskanya. Mereka membingkainya dengan video ala film laga dan bergaya sangat kekinian. Itu dapat dilihat dalam laman Facebook milik, salah satu pendiri Luntas, yaitu Roberts Bayoned. Video berdurasi satu menit tersebut menyajikan informasi hal-ihwal lakon yang akan dibawakan pada acara tersebut.
Lebih-lebih, kelompok ludruk ini juga sudah sering melakukan pendokumentasi pada setiap pagelaranya. Lalu, mereka mengunggah hasil dari rekaman tersebut ke media digital, khususnya Youtube. Hasil-hasil tersebut dapat diakses melalui kanal Youtube milik SMC Mediavisitama ataupun Ludruk Luntas Indonesia Channel. Ada begitu banyak dokumentasi pagelaran kelompok ludruk ini di kedua kanal tersebut.
Pola promosi dan dokumentasi pagelaran kelompok ludruk ini telah menunjukan perubahan dalam tubuh kesenian ini. Seniman ludruk sudah tidak hanya mulai mengikuti arus dari gerak zaman, tetapi mereka juga masih tetap menjaga kesenian ini agar dapat dinikmati oleh banyak kalangan. Dengan begitu, ludruk dapat lebih melebarkan jangakuan penontonya pada khalayak maya.
Selain itu, pembaharuan tersebut tidak hanya muncul melalui kedua hal tersebut, tetapi kelompok ini juga selalu memperbaharui gaya dagelanya. Sebab, berdasarkan akronim kelompok ini, mereka menyimpan slogan, yaitu “Ludrukan Nom-noman Tjap Arek Suroboyo” (Luntas). Slogan tersebut juga memunculkan gaya dagelan yang sangat melekat pada kelompok ini.
Dagelan tersebut juga dimunculkan pada pagelaran ini. Luntas menghadirkan gaya dagelan yang sangat kekinian dan di luar pakem kebiasaan kelompok ludruk pada umumnya. Dalam suatu wawancara, Robert menerangkan bahwa ia terinsipirasi dari gaya komedia Jepang yang menggunakan blackman dalam memberikan efek latar di setiap pertunjukanya. Sosok tersebut mengenakan pakaian hitam, yang mengikuti latar dari panggungnya, seakan-akan tidak terlihat sebagai tokoh dalam lakon tersebut.
Ia memberikan efek kepada jubah yang dikenakan oleh salah satu lakon dalam pagelaranya. Bahkan dalam suatu adegan pertampaan, misalnya, ketika Jaka Jumput digoda di tengah pertapaanya, sosok blackman ini memberika efek tulisan yang bertuliskan “Waduh digudo setan”. Skenario terjadi ketika, Jaka Jumput sedang bertapa dan ada seorang setan yang mengenakan jubah hitam sedang menganggu pertapaanya tersebut. Lalu sosok Blackman memberikan tulisan tersebut di atas kepala Jaka Jumput.
Ada hal yang menarik selain sosok komedi ala Jepang, seperti, pengunaan Blackman. Nuansa pagelaran lakon ini pun dipenuhi dengan kostum dan kejutan yang tidak lazim dari lakon ludruk kebanyakan. Lagi-lagi, di tengah pertapaanya, seorang banci datang dan menggoda Jaka Jumput. Lalu, blackman memberikan efek tulisan lagi seperti: “Jancok! Banci Pisan Melok2 Nggudo”. Menariknya, sosok banci, dalam lakon ini, tidak mengenakan pakaian travesti ala kelompok ludruk gaya lama. Ia mengenakan pakaian ala anime Jepang, yaitu Sailor Moon, dengan mengenakan wig berwarna oranye—sama persis seperti salah satu tokoh dalam anime tersebut.
Bahkan, ketika suatu adegan pertarungan pangeran Sumenep, dalam lakon tersebut, juga dihadirkan dengan cara yang sangat unik dan berbeda. Kelompok ludruk ini memilih untuk memberikan efek suara latar pertarungan tersebut dengan lagu-lagu dari anime tersebut. Lagu tersebut turut membawa dimensi ketegangan sekaligus kejenakaan dalam skenario pertarungan tersebut sebab, tidak banyak kelompok ludruk yang menggunakan konsep dagelan seperti kelompok ludruk ini.
Pembaharuan baik lakon maupun pola promosi itu ternyata suatu bentuk, yang memang, dijadikan karakter dari kelompok ludruk ini. Itu diutarakan oleh Robert ketika pembukaan acara ini. Ia mengatakan bahwa Luntas selama 6 tahun ini berusaha untuk menciptakan generasi penonton sebab, kesenian ludruk, di masa sekarang, perlu memiliki jangkuan penonton dari generasi masa sekarang.
Oleh sebab itu, Luntas mengangkat slogan bahwa dirinya adalah kelompok ludruk nom-noman yang bergaya ala Surabaya. Sebab, dalam pagelaranya, mereka selalu melekatkan kultur kebahasaan masyarakat Arek yang identik istilah suroboyoan. Itu pun ditandai dengan gaya dagelan kelompok ludruk ini yang tidak sama dengan kebanyakan kelompok ludruk ini. Luntas menghadirkan dimensi dagelan yang jauh berbeda dari kelompok-kelompok ludruk lain.
Singkatnya, kelompok ludruk Luntas adalah suatu oase di tengah jagad kesenian ludruk. Kelompok ini menghadirkan suatu penyegaran dalam seluruh aktivitas kesenian ludruknya. Pembaharuan tersebut terbukti mampu menjadikan kelompok ludruk ini sebagai suatu kelompok yang memiliki ciri dan karakter tersendiri.
0 Comments