Nasib Orang Pesisir: Kumpulan Puisi Abdul Hamid
Abdul Hamid | Alumni Bahasa dan Sastra Indonesia FIB Universitas Airlangga []

Nasib Orang Pesisir

Dulu kami merdeka, menikmati seluruh hasil jerih payah yang kami punya

Panen bandeng-lele sebanyak-banyaknya

Bebas dari segala aturan

Sebelum hari ini, seolah telah menjadi hak mereka

Nasib kami menggantung karenanya

Sungguh kemalangan nasib, tak bisa kami tolak lagi

Ribuan penghidupan kami, direbutnya dengan semena-mena

Sudah kami berusaha melawan, tapi

Lebih pandai mereka, meski kami yang punya

Mungkin ini sudah menjadi ketetapan-Nya

Mau gimana lagi

Saat ini kami

Hidup segan-mati takmau

Ini Kotaku

Ini kotaku beraspal gelombang

jalan-jalan banyak lubang

dan asap kendaraan, tiap hari

jadi oksigen parapejalan

kotaku ini, ladang investor

bercocok tanam uang

gedung-gedung menjulang

jadi pemandangan

tiap musim politik, para pejabat daerah

berebut kursi

memperbaiki jalan rusak

sampai dengan beri janji basi

agar rakyat memilih

Setelah jadi, eh malah kena kasus korupsi

Pada Suatu Masa

bumi akan tetap berputar

dan kita laju di dalamnya

sampai pada waktu yang ditentukan

pagi sampai pagi

segala aktivitas telah diatur

kita akan berjalan sampai pada titik lelah

dan akan ada kantuk yang mengistirahatkan tubuh sejenak

jangan kita lupa

bahwa waktu itu mahal

kita tak sadar telah lalim melupakannya

akan sampai pada satu masa mata tutup nyawa tiada

dan semua tak berharga

selain sesali waktu yang sudah lewat

dan kita akan ada pada rasa sesunyi sunyinya sunyi

tak bergerak, dihilangkan waktu

yang sempat kita lupa

Other Articles

The Port Remains the Same

The Port Remains the Same

At the end of the 19th century, Malay opera and stambul comedy were held almost non-stop in the northern corner of Surabaya....

Durasim (1)

Durasim (1)

Cak Durasim is always placed as a pioneer in the art of Ludruk. His presence is also associated with the early development of...

Maut Merah

Maut Merah

Fajar Satriyo | Alumnus Bahasa dan Sastra Indonesia FIB Universitas Airlangga | Teater Gapus[] Seperti anak-anak tahun 90an pada...

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *