
Puisi Adnan Guntur: 11 Tubuh dalam Kamar Surabaya dan Puisi Lainya

11 TUBUH DALAM KAMAR SURABAYA
di jendela, kakiku berloncatan dengan ikan juga di dalamnya, daun jatuh, sebuah batu kuning berubah menjadi abu, o, ketika malam mataku melihat mataku sendiri bermain-main dalam gerak yang statis, arah awan, bus-bus kota, kotoran kambing, knalpot bising, menampilkan dirinya menjadi sesuatu yang amis, kapal-kapal berlayar melampaui hujan yang berwarna hitam, o, apakah tuhan menjadikan dirinya sendiri dari dirinya sendiri, apakah sejarah di keningku menjadi berbahaya dan mengkilap, o, di jendela aku sering melihat anak-anak diculik dalam mimpinya, sepak bola melalui tiang basket, pohon-pohon di atas dasbor, o, seketika bayang-bayang diriku mengeluarkan timah, membuat rumah dengan tiang dan pagar-pagar berduri, sempak yang terlampau besar, bau menyan dan bawang putih dapur, daun salam, ikan asin, sambal tomat, baskom yang tersisa setengah, apakah hujan tumbuh dari langit-langit mulutku? apakah sebuah tangan melahirkan ibu dan ibu yang lain? apakah teleskop bisa menangkal kepunahan? tampilan di tivi membuatku bosan, ekonomi turun, pendidikan mundur, dimana aku bisa membeli masker medis bergambar spongebob? Gelas kaca ada kantong celana, air mata tumpah, mata air kehilangan harga diri, tembok tetangga, seng rombeng, tiang listrik, gembok angka tidak bisa dipakai menghasilkan crypto, kispray adalah semprotan kaca tukang cukur sebelas ribuan, habis merogoh kocek, menampilkan daftar harga dan gambar-gambar rambut, menjadi wanita atau laki-laki, o, bagaimana bisa aku melihat kepalaku sendiri? Bagaimana bisa aku mendefinisikan aku sendiri? anjing, babi, sabuk, karet, kipas angin berputar 360 derajat menuju timur lalu ke barat lalu ke selatan lalu ke utara
Surabaya, 2021
MENCARI MANUSIA DARI TUBUH URBAN
motor dari mobil dari manusia dari kota tumbuh, setelah 60 menit, sejarah berubah menjadi air, tong dan gerbong kosong seperti labirin yang mau dicari penjelasannya, dengarkan, masa depan kita melihat diri kita sendiri, tertawa di kapsul waktu, sperma menembak virus, listrik tertempel melalui galon, rel kereta mendengarkan dirinya melalui telinga, mendengarkan suara terjauh, meninggalkan jejak dan kematian tumbuh, sebuah pasar menawarkan dirinya sendiri dengan harga rendah, supermarket atau mall adalah peredam cuaca, lampu, bohlam, free masuk kamar mandi, mushola berada di bagian terbawah bumi, setrikaan mengantarkan dirinya sendiri ke etalase toko yang kusut, selalu melihat lalu menggambar lalu menjiplak lalu copy paste tercipta, tugas semakin mudah dikerjakan, buku hangus dan diberantas, masuk ke dalam sel karena asal ketik, isi otak kosong, apa yang mesti diperhatikan, mimbar pidato, koran kertas, buku elektrik, baliho, jalan raya menghasilkan citraan kita dari satu dan titik dua yang menghastag dirinya sendiri melalui search engine
Surabaya, 2021
MESKI KE ASAL KITA MELIHAT TUBUH LAUT
balok dan besi digeser sedikit menghadap matahari, pasir berkilauan, batu merah dimakan kepiting yang bergerak menyamping, pohon kelapa sudah dimakan usia, masuk ke dalam botol berisi jin, sedikit lagi, kita akan melihat matahari tumbuh dari mata kita, jam empat sore, kelabang keluar dari vagina perempuan yang memakai sunscreen, asal kita tahu, sedikit lagi, air merambah naik, ikan-ikan ketepian melihat makanan seperti mie instan, sayur asem, kopi pahit, kopi manis, baju warna hijau, seseorang terseret dibawa kedalam laut, nelayan melempar jaringnya lalu tersangkut, sedikit lagi, wartawan berdatangan, meminta mulai, jalan-jalan dari sudut indonesia, bikin jalanan macet, seminggu, sebulan kemudian tetap tayang di tivi, tanpa sensor, situs deep web diretas bocah kecil yang anxiety, pukul duabelas dipotong umur nabi, tidak mengenal namanya, apakah kematian tidak mengenal dirinya sendiri, apakah kematian tidak menurunkan nabi dari sorga, sebentar lagi, mulai dari mana seharusnya kita berbicara, kepada siapa kita berbicara, sebentar lagi, kaki kita menyangrai kepala dengan garam yang disarankan penganut agama, segalanya terlihat tidak jelas, membuka celana dan pintu jendela tuhan (atau tuhan sudah mati sebenarnya) yang datang melambai menggunakan sampan, disana
Surabaya, 2021
MEMBELI GALON MENGGUNAKAN TUBUH DARI TUHAN
orang-orang membaca tubuhnya melalui kembali dari depan dan belakang, suara hujan atau pohon-pohon semakin tumbuh ketika tubuh bergerak ke entah mana, nama-nama ikan, berkeliaran dibuku pelajaran sosial dan agama, kemana lagi seseorang harus memahami keteguhan hati tuhan dari sedotan plastik, suara gema, telur dari lumpur, orang-orang kian amis, tubuhnya dipenuhi merkuri, namun di jendela atau dipinggir jalan, seseorang mungkin menduduki dirinya sendiri menggunakan air liur, permen karet, daftar kasbon, jalan-jalan sepi yang memutar dirinya sendiri untuk dilewati, apakah kesepian bisa menimbulkan kelelawar dan kupu-kupu pada seutas dasi ataupun kostum? apakah kita dapat mengenali kita yang lainnya? suara orang-orang semakin serak karena bingung mencoba untuk mengenali dari siapa ke siapa, sesosok lalu sesosok tubuh lagi berdiam diri ditengah jalan dengan orang-orang yang bergerak ke depan dan belakang, mencari tubuhnya yang berserakan
Surabaya, 2021
TUBUH YANG BERGERAK DARI DEPAN DAN BELAKANG
aku mesti mengenal diriku, sebuah cahaya melewati keliaran pikiran dan tembok yang patah, kaca mobil melihat pintu dan kursi penumpang, stasiun antar kota mengantar kepergian dengan kepulangan, sopir bus, sebungkus rokok, pom bensin, mengenal keberadaan keberangkatan yang tidak diketahui siapapun, aduh, mesti saja aku mengenalmu, tapi mengapa aduh, aduh, aku melupakan diriku sendiri, salon kecantikan, rambut botak, semir jenggot, menggauli listrik dan gunting, kepalaku di krimbat menggunakan air, minyak sambel, karbondioksida, mie ayam, gorengan, menjadi sarapanku pagi hari, semestinya uang bisa turun kapan saja, menggunakan tangan yang di barcode, tokok minuman, koin logam, melibatkan dirinya dalam pertarungan, antrian berdesakan, melewati pagar, labirin uang jajan, kolong jembatan, dan comberan menghiasi kota besar, aku seharusnya mengenal diriku sendiri, kaki kanan dengan kaki kiri, hadap kanan dengan hadap kiri, mencari barat mencari Timur, bubur diaduk bubur tidak diaduk, bengbeng dingin bengbeng biasa, sepatuku macet, bertumpukan diantara uang kas agama yang mencari penganut dari jendela ke jendela
Surabaya, 2021